Senin, 12 Desember 2016

Hitung Eritrosit

PEMERIKSAAN – III
I.               Hari, Tanggal Prkatikum      : Selasa, 14 April 2015
II.            Judul Praktikum                   : Hitung Eritrosit
III.         Tujuan Praktikum                : Untuk mengetahui jumlah eritrosit pasien yang
                                                         dihitung dalam sel/µL darah
IV.         Landasan Teori                    :
              Eritrosit merupakan cairan berwarna merah yang terdapat di dalam tubuh, dimana warna merah dihasilkan dari Hb yaitu protein yang mengandung zat besi (Fe) dan berperan dalam transpor Oksigen (O2) dan Carbondioksida(CO2). Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
              Eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energi sebagai adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur gikolisis anaerob (Embden Meyerhof) dan menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa monofosfat (hexsose monophosphate shunt) (Hoffbrand et al, 2005).
              Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transpor ion (misalnya ion Na+, K+), ATPase dan protein penukaran anion serta pengaturan air keluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran gas.
              Eritrosit (Sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning (yolk sac), proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Sejak usia 6 minggu sampai bulan ke 6 dan 7 masa janin, kemudian dibentuk di sumsum tulang setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan sumsum tulang (Sherwood,2001).
              Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak yang tidak mampu melakukan eritropesis secara betahap menggantikan sumsum merah, yang hanya tersisa disternum, vertebra, iga, dasar tengkorak, dan ujung-ujung atas ekstermitas yang paling panjang. Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit. Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati (Sherwood,2001).
              Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian  pembentukan eritrosit disebut proeritorblas.  Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.
            Proses pembentukan eritrosit memerlukan :
a.    Sel induk : CFU – E, BFU-E, normoblast(eritroblast)
b.    Bahan pembentuk eritrosit : Besi, vitamin B12 , asam folat, protein dan lain-lain
c.    Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan hemopoetik hormon eritropoetin. ( Bakta, 2006)
            Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (lifespan) rata-rata selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan(senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem RES. Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (< 120 hari) maka proses ini disebut sebagai hemolisis. (Bakta, 2006)
              Eritrosit matang merupakan suatu cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit merupakan sel dengan struktur yang tidak lengkap. Sel ini hanya terdiri atas membran dan sitoplasma tanpa inti sel. Komponen-komponen eritrosit terdiri atas :
1.    Membran eritrosit
2.    Sistem enzim : yang terpenting dalam Embden Mayerhoff Pathway : Pyruvatekinase dalam pentose pathway : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphate-dehydrogenase)
3.    Hemoglobin : berfungsi sebagai alat angkut oksigen.
(Bakta, 2006)
              Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi : kelainan berdasarkan ukuran eritrosit(makrosit, mikrosit, anisositosis), kelainan berdasarkan bentuk (Ovalosit, sferosit, schystocyte, teardrop cells, blister cells, acantocyte, sickle cells, stomatocyte, dan target cells), kelainan berdasarkan warna eritrosit (Hipokromia, hiperkromia, anisokromasia, polikromasia)
              Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeter kubik atau mikroliter darah. Untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit adda 2 metode yaitu metode manual dan automatik, metode manual hampir sama dengan hitung leukosit yaitu menggunakan bilik hitung.
              Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia, dehidrasi, hipertensi, penyakit kardiovascular. Penurunan jumlah eritrosit dapat mengakibatkan kehilangan darah, anemia, leukimia, infeksi kronis, mieloma multifel, cairan per intra vena berlebihan.
   
V.            Pemeriksaan
V.1. Pra analitik
a.    Persiapan pasien            : tidak ada persiapan khusus
b.    Persiapan sampel           : Darah EDTA
c.    Metode pemeriksaan     : Kamar hitung Improved Neubauer
d.   Prinsip                           :
            Darah diencerkan dengan larutan pengencer isotonis terhadap eritrosit, sedangkan leukosit dan trombosit dilisiskan sehingga eritrosit lebih mudah dihitung.
e.    Alat dan bahan :
1.    Alat yang digunakan
a.    1 set alat Haemocytometer
· Kamar hitung Improved Neubauer
· Kaca penutup
· Pipet leukosit
· Selang penghisap
b.    Mikroskop
c.    Rak tabung
d.   Tabung EDTA
e.    Tourniquet
2.    Bahan yang digunakan
a.    Alkohol 70 %
b.    EDTA
c.    Kapas
d.   Larutan Turk
e.    Sampeel darah vena
f.     Spoit 3 mL
g.    Tissue
V.2. Analitik
a.    Mengisi pipet eritrosit
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Disiapkan pipet eritrosit, selang karet dipasang pada salah satu ujung pipet yang berada didekat bagian yang bulat
3.    Diisap darah dengan pipet eritrosit sampai pada tanda garis 0,5 tepat, dibersihkan kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet menggunakan tissue
4.    Dilanjutkan dengan memipet reagen sampai skala 101(hidari terjadi gelembung udara)
5.    Diangkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan selang penghisap
6.    Dikocok pipet selama 2-3 menit, agar homogen
7.    Diletakkan pipet diatas meja dan dibiarkan slama 3-5 menit
b.    Mengisi bilik hitung
1.    Dibersihkan permukaan area perhitungan dan kaca penutup
2.    Diletakkan kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang mendatar diatas meja
3.    Dikocok pipet yang diisi selama 3 menit terus menrus( jangan sampai ada cairan yang terbuang)
4.    Dibuang cairan yang ada dalam batang kapiler (3-4 tetes), segera disentuhkan ujung pipet dengan sudut 30o pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Dibiarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
5.    Dibiarkan kamar hitung selama 2 atau 3 menit agar eritrosit dapat mengendap.
c.    Menghitung jumlah sel eritrosit
1.    Diturunkan lensa kondensor dan dikecilkan diafragma mikroskop
2.    Diatur fokus dengan memakai lensa onjektif kecil (10x) kemudian diganti dengan lensa objektif besar (40 x) sampai garis-garis dalam bidang besar nampak jelas.
3.    Dihitung semua eritrosit yang terdapat dalam lima bidang yang tersusun atass 16 bidang kecil. Dihitung sel dari kiri kekanan kemudian dilanjutkan dari kanan ke kiri
4.    Dihitung semua yang berada pada ke-5 bidang sedang luas masing-masing bidang adalah  x  mm2 atau 0,2 x 0,2  mm2 . volumenya (0,2 x 0,2 x 0,1 ) x 5 = 0,02 mm2 atau 0,02 µL

d.   Cara perhitungan
jumlah eritrosit yg dihitung
Jumlah eritrosit =                                                   x faktor pengencer
                                                 Volume Bilik Hitung

jumlah eritrosit yg dihitung
  =                                                   x 200
                                                               0,02
V.3. Pasca Analitik
a.    Nilai rujukan
Perempuan : 4,0 - 5,5 juta / µL
Laki-laki     : 4,5 – 6,0 juta / µL          
b.      Hasil pemeriksaan 
Nama pasien     : Yunita
Umur                 : 19 th
Jenis kelamin     : perempuan
Jumlah eritrosit :


VI.             Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu Hitung Eritrosit, diperoleh jumlah eritrosit pada pasien atas nama Yunita adalah      µL darah atau            mm3 darah.


Daftar Pustaka
Bakta Imade, 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Gandasoebrata R, 1967. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian rakyat. Jakarta
Salam M Sofro A, 2000. Darah. Pustaka pelajar. Yogyakarta





2 komentar:

  1. Pemeriksaan ery ko pke reagen turk sama tabung leuko? Bukannya pake reagen hayem ya?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa seharusnya hayem , klo turk khusus leukosit

      Hapus