PEMERIKSAAN – III
I.
Hari, Tanggal Prkatikum : Selasa, 14 April 2015
II.
Judul Praktikum :
Hitung Eritrosit
III.
Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui jumlah eritrosit pasien yang
dihitung dalam sel/µL darah
IV.
Landasan Teori :
Eritrosit merupakan cairan
berwarna merah yang terdapat di dalam tubuh, dimana warna merah dihasilkan dari
Hb yaitu protein yang mengandung zat besi (Fe) dan berperan dalam transpor
Oksigen (O2) dan Carbondioksida(CO2). Eritrosit tidak
memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Eritrosit adalah cakram bikonkaf
yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energi sebagai adenosin trifosfat
(ATP) melalui jalur gikolisis anaerob (Embden Meyerhof) dan menghasilkan
kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotamida
adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa
monofosfat (hexsose monophosphate shunt) (Hoffbrand et al, 2005).
Melalui proses glikolisis, sel
darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untuk
mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transpor ion
(misalnya ion Na+, K+), ATPase dan protein penukaran
anion serta pengaturan air keluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan
rasio permukaan terhadap volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran
gas.
Eritrosit (Sel darah merah)
dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning (yolk sac), proses pembentukan
eritrosit disebut eritropoisis. Sejak usia 6 minggu sampai bulan ke 6 dan 7
masa janin, kemudian dibentuk di sumsum tulang setelah beberapa bulan kemudian,
eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan sumsum tulang (Sherwood,2001).
Produksi eritrosit dirangsang oleh
hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang
membranosa. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang
myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Semakin bertambah usia seseorang, maka
produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak yang tidak
mampu melakukan eritropesis secara betahap menggantikan sumsum merah, yang
hanya tersisa disternum, vertebra, iga, dasar tengkorak, dan ujung-ujung atas
ekstermitas yang paling panjang. Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel
darah merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit.
Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah
menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam
limfa dan hati (Sherwood,2001).
Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit
disebut proeritorblas. Proeritorblas
kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini
disebut sebagai basofil eritroblas
sebab dapat dicat dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali
hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang
disebut polikromatofil eritroblas.
Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi
hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik
erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari
sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih
kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan
terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit.
Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah
dilepaskan dari sumsum tulang.
Proses pembentukan eritrosit
memerlukan :
a. Sel induk :
CFU – E, BFU-E, normoblast(eritroblast)
b. Bahan
pembentuk eritrosit : Besi, vitamin B12 , asam folat, protein dan
lain-lain
c. Mekanisme
regulasi : faktor pertumbuhan hemopoetik hormon eritropoetin. ( Bakta, 2006)
Eritrosit hidup dan beredar dalam
darah tepi (lifespan) rata-rata selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit
mengalami proses penuaan(senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh
sistem RES. Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (< 120
hari) maka proses ini disebut sebagai hemolisis. (Bakta, 2006)
Eritrosit matang merupakan suatu
cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit merupakan sel
dengan struktur yang tidak lengkap. Sel ini hanya terdiri atas membran dan
sitoplasma tanpa inti sel. Komponen-komponen eritrosit terdiri atas :
1. Membran
eritrosit
2. Sistem enzim
: yang terpenting dalam Embden Mayerhoff Pathway : Pyruvatekinase dalam pentose
pathway : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphate-dehydrogenase)
3. Hemoglobin :
berfungsi sebagai alat angkut oksigen.
(Bakta,
2006)
Kelainan eritrosit dapat
digolongkan menjadi : kelainan berdasarkan ukuran eritrosit(makrosit, mikrosit,
anisositosis), kelainan berdasarkan bentuk (Ovalosit, sferosit, schystocyte,
teardrop cells, blister cells, acantocyte, sickle cells, stomatocyte, dan
target cells), kelainan berdasarkan warna eritrosit (Hipokromia, hiperkromia,
anisokromasia, polikromasia)
Hitung eritrosit adalah jumlah
eritrosit per milimeter kubik atau mikroliter darah. Untuk menghitung jumlah
sel-sel eritrosit adda 2 metode yaitu metode manual dan automatik, metode
manual hampir sama dengan hitung leukosit yaitu menggunakan bilik hitung.
Peningkatan eritrosit dapat
menyebabkan polisitemia, dehidrasi, hipertensi, penyakit kardiovascular.
Penurunan jumlah eritrosit dapat mengakibatkan kehilangan darah, anemia,
leukimia, infeksi kronis, mieloma multifel, cairan per intra vena berlebihan.
V.
Pemeriksaan
V.1. Pra
analitik
a. Persiapan
pasien : tidak ada persiapan
khusus
b. Persiapan
sampel : Darah EDTA
c. Metode
pemeriksaan : Kamar hitung Improved
Neubauer
d. Prinsip :
Darah
diencerkan dengan larutan pengencer isotonis terhadap eritrosit, sedangkan leukosit
dan trombosit dilisiskan sehingga eritrosit lebih mudah dihitung.
e. Alat dan
bahan :
1. Alat yang
digunakan
a. 1 set alat
Haemocytometer
· Kamar hitung
Improved Neubauer
· Kaca penutup
· Pipet
leukosit
· Selang
penghisap
b. Mikroskop
c. Rak tabung
d. Tabung EDTA
e. Tourniquet
2. Bahan yang
digunakan
a. Alkohol 70 %
b. EDTA
c. Kapas
d. Larutan Turk
e. Sampeel
darah vena
f. Spoit 3 mL
g. Tissue
V.2.
Analitik
a. Mengisi
pipet eritrosit
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Disiapkan
pipet eritrosit, selang karet dipasang pada salah satu ujung pipet yang berada
didekat bagian yang bulat
3. Diisap darah
dengan pipet eritrosit sampai pada tanda garis 0,5 tepat, dibersihkan kelebihan
darah yang melekat pada ujung pipet menggunakan tissue
4. Dilanjutkan
dengan memipet reagen sampai skala 101(hidari terjadi gelembung udara)
5. Diangkat
pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan selang
penghisap
6. Dikocok
pipet selama 2-3 menit, agar homogen
7. Diletakkan
pipet diatas meja dan dibiarkan slama 3-5 menit
b. Mengisi
bilik hitung
1. Dibersihkan permukaan
area perhitungan dan kaca penutup
2. Diletakkan
kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang mendatar diatas meja
3. Dikocok
pipet yang diisi selama 3 menit terus menrus( jangan sampai ada cairan yang
terbuang)
4. Dibuang
cairan yang ada dalam batang kapiler (3-4 tetes), segera disentuhkan ujung
pipet dengan sudut 30o pada permukaan kamar hitung dengan
menyinggung pinggir kaca penutup. Dibiarkan kamar hitung terisi cairan
perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
5. Dibiarkan
kamar hitung selama 2 atau 3 menit agar eritrosit dapat mengendap.
c. Menghitung
jumlah sel eritrosit
1. Diturunkan
lensa kondensor dan dikecilkan diafragma mikroskop
2. Diatur fokus
dengan memakai lensa onjektif kecil (10x) kemudian diganti dengan lensa
objektif besar (40 x) sampai garis-garis dalam bidang besar nampak jelas.
3. Dihitung
semua eritrosit yang terdapat dalam lima bidang yang tersusun atass 16 bidang
kecil. Dihitung sel dari kiri kekanan kemudian dilanjutkan dari kanan ke kiri
4. Dihitung
semua yang berada pada ke-5 bidang sedang luas masing-masing bidang adalah
x
mm2 atau 0,2 x 0,2 mm2 . volumenya (0,2 x 0,2 x 0,1 )
x 5 = 0,02 mm2 atau 0,02 µL


d. Cara
perhitungan
jumlah eritrosit yg dihitung

Volume Bilik
Hitung
jumlah eritrosit yg dihitung

0,02
V.3. Pasca
Analitik
a. Nilai
rujukan
Perempuan :
4,0 - 5,5 juta / µL
Laki-laki : 4,5 – 6,0 juta / µL
b. Hasil
pemeriksaan
Nama pasien : Yunita
Umur : 19 th
Jenis
kelamin : perempuan
Jumlah
eritrosit :
VI.
Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan yaitu Hitung Eritrosit, diperoleh jumlah
eritrosit pada pasien atas nama Yunita adalah
µL darah atau mm3 darah.
Daftar
Pustaka
Bakta Imade,
2006. Hematologi Klinik Ringkas. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Gandasoebrata
R, 1967. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian rakyat. Jakarta
Salam M
Sofro A, 2000. Darah. Pustaka pelajar. Yogyakarta
Pemeriksaan ery ko pke reagen turk sama tabung leuko? Bukannya pake reagen hayem ya?????
BalasHapusIyaa seharusnya hayem , klo turk khusus leukosit
Hapus